Dimensi Spiritualisme Dan Humanisme Dalam Perlawanan Amir Abdelkader Hingga Gandhi Versus Kolonialisme
Abstract
Abstract
Colonialism posed profound challenges to spiritual and cultural systems worldwide. Sufism, with its emphasis on peace, dialogue, and humanity, emerged as a counterforce to colonial aggression. This study examines the humanistic dimensions of Sufism through the perspectives of Amir Abdelkader and Mahatma Gandhi, both pivotal figures who embodied spiritual resistance against colonialism. The research highlights a critical gap in existing literature, which often isolates these figures without exploring their shared values and approaches. Using a comparative historical methodology, the study analyzes their paths toward mysticism, conceptualizations of the "Insan Kamil," and methods of resistance. Findings reveal that while Abdelkader and Gandhi hailed from different religious and cultural contexts, their Sufism-inspired visions fostered principles of tolerance, dialogue, and peace during turbulent colonial eras. This paper argues that Sufism's universal ethos bridges religious and cultural divides, offering a timeless model for humanistic resistance. By focusing on spiritual resilience and ethical leadership, the study contributes to broader discussions on intercultural dialogue and the role of mysticism in confronting oppression. This exploration establishes Sufism not only as a spiritual phenomenon but also as a transformative force in human history.
Keywords: Sufism, Colonialism, Amir Abdelkader, Mahatma Gandhi, Humanism, Intercultural Dialogue
Abstrak
Kolonialisme menghadirkan tantangan mendalam bagi sistem spiritual dan budaya di seluruh dunia. Tasawuf, dengan penekanannya pada perdamaian, dialog, dan kemanusiaan, muncul sebagai kekuatan tandingan terhadap agresi kolonial. Penelitian ini mengkaji dimensi humanisme dalam tasawuf melalui perspektif Amir Abdelkader dan Mahatma Gandhi, dua tokoh penting yang mewujudkan perlawanan spiritual terhadap kolonialisme. Studi ini menyoroti kesenjangan kritis dalam literatur yang sering memisahkan kedua tokoh ini tanpa mengeksplorasi nilai dan pendekatan bersama mereka. Dengan menggunakan metodologi historis-komparatif, penelitian ini menganalisis perjalanan mereka menuju mistisisme, konsep "Insan Kamil," dan metode perlawanan mereka. Temuan menunjukkan bahwa meskipun Abdelkader dan Gandhi berasal dari konteks agama dan budaya yang berbeda, visi mereka yang terinspirasi tasawuf mengedepankan prinsip toleransi, dialog, dan perdamaian di era kolonial yang penuh gejolak. Artikel ini berargumen bahwa ethos universal tasawuf menjembatani perbedaan agama dan budaya, menawarkan model humanisme yang abadi untuk perlawanan. Dengan menekankan ketangguhan spiritual dan kepemimpinan etis, studi ini berkontribusi pada diskusi yang lebih luas tentang dialog antarbudaya dan peran mistisisme dalam menghadapi penindasan. Penelitian ini menegaskan tasawuf bukan hanya sebagai fenomena spiritual, tetapi juga sebagai kekuatan transformatif dalam sejarah manusia.
Kata Kunci: Tasawuf, Kolonialisme, Amir Abdelkader, Mahatma Gandhi, Humanisme, Dialog Antarbudaya
References
Abdelqader, P. A. (2004). الأمير عبد القدير - المواقف الروحية والفيوضات السيوحية (1st ed.). دار الكتب العلمية.
Adawi, M. S. Al. (1992). الانسان هذا الكائن بين عالمين (1st ed.). دار السلام.
Aqqad, A. M. Al. (1999). روح عظيم المهاتما غاندي (1st ed.). شركة فن الطباعة.
Ar-Razi, Y. B. (2002). جواهر التصوف (1st ed.). مكتبة الآداب.
Garaudy, R. (1983). الإسلام دين المستقبل روجيه غارودي (1st ed.). دار الإيمان للنشر والطباعة.
Ghandi, M. (n.d.). في سبيل الحق - المهاتما غاندي (M. S. Asyur (ed.); 1st ed.). دار المعارف.
Jahny, M. bin H. Al. (1430). الموسوعة الميسرة في الأديان والمذاهب والأحزاب المعاصرة (p. 1227). دار الطباعة العالمية للطباعة والنشر والتوزيع.
Murabith, J. Al. (2007). التصوف والأمير عبد القادر الحسنى الجزاءري (p. 146). وزارة الثقافة الجزائرية.
Sulaiman, A. (2004). الأمير عبد القادر المفكر. دار الغرب للنشر والتوزيع.
Copyright (c) 2025 Asep Ahmad Arsyul

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.